Sejak pertama kali diumumkan, Boruto: Naruto Next Generations menuai ekspektasi besar dari para penggemar Naruto. Serial ini diharapkan melanjutkan kesuksesan dan kejayaan pendahulunya yang telah menjadi salah satu anime paling berpengaruh sepanjang masa. Namun, seiring waktu, banyak penggemar merasa bahwa Boruto belum mampu menghadirkan sensasi epik yang setara dengan apa yang ditawarkan oleh Naruto. Lalu, apa sebenarnya alasan di balik pandangan tersebut?
Warisan yang Terlalu Besar dari Naruto
Salah satu tantangan terberat yang dihadapi Boruto adalah berada di bawah bayang-bayang kesuksesan besar Naruto. Serial Naruto bukan hanya menyajikan cerita tentang pertarungan dan ninja, tetapi juga kisah perjuangan, impian, dan pengembangan karakter yang kuat. Naruto Uzumaki dikenal sebagai tokoh underdog yang berhasil membuktikan dirinya melalui kerja keras dan keteguhan hati.
Ketika Boruto hadir, ekspektasi otomatis meningkat. Sayangnya, banyak penggemar merasa Boruto tidak mampu menyamai emosi mendalam dan perjalanan karakter yang begitu intens seperti Naruto. Ini menimbulkan kesan bahwa Boruto adalah versi ringan dari sebuah legenda.
Tokoh Utama yang Kurang Simpatik di Awal Cerita
Boruto Uzumaki sebagai tokoh utama diperkenalkan sebagai sosok yang cukup menyebalkan di awal cerita. Berbeda dengan ayahnya yang tumbuh sebagai anak yatim piatu penuh perjuangan, Boruto lahir dalam kondisi yang relatif nyaman sebagai anak Hokage. Ia terlihat manja, mudah marah, dan sering meremehkan ayahnya sendiri.
Banyak penggemar merasa sulit untuk terhubung secara emosional dengan karakter Boruto karena kurangnya “struggle” atau perjuangan hidup yang kuat di awal cerita. Dibandingkan dengan Naruto muda yang penuh penderitaan dan haus pengakuan, Boruto terlihat seperti remaja bermasalah yang tidak menghargai posisi istimewanya.
Tempo Cerita yang Lambat dan Penuh Filler
Salah satu keluhan utama terhadap Boruto adalah temponya yang lambat dan banyaknya episode filler. Cerita utama Boruto memang memiliki potensi besar, terutama dengan ancaman klan Ōtsutsuki dan organisasi Kara. Namun, anime ini terlalu sering mengalihkan perhatian dari plot utama ke cerita-cerita ringan yang tidak berdampak besar pada alur besar.
Hal ini berbeda dengan Naruto, yang meskipun memiliki filler juga, tetapi tetap memberikan arc-arc yang kuat dan penuh aksi. Boruto, di sisi lain, terasa terlalu ringan dan kurang intens di sebagian besar episodenya.
Minimnya Konflik Besar yang Membangun Ketegangan
Naruto dikenal dengan konflik besar yang mengguncang dunia shinobi—Perang Dunia Ninja Keempat, serangan Akatsuki, dan pertarungan epik antara Naruto vs Sasuke adalah momen yang membekas di ingatan penonton. Konflik di Boruto terasa lebih kecil skalanya, terutama di awal seri.
Baru setelah kemunculan karakter seperti Kawaki dan peningkatan ancaman dari klan Ōtsutsuki, Boruto mulai menunjukkan intensitas yang meningkat. Namun, pada titik itu banyak penonton sudah kehilangan minat karena terlalu lama menunggu cerita utama berkembang.
Peran Karakter Lama yang Terlalu Dominan
Meskipun Boruto bertujuan untuk memperkenalkan generasi baru ninja, serial ini masih terlalu bergantung pada karakter-karakter lama seperti Naruto, Sasuke, dan anggota generasi sebelumnya. Mereka tetap menjadi pusat kekuatan dalam cerita, sementara karakter baru seperti Mitsuki, Sarada, dan bahkan Boruto sendiri sering kali tersisih dalam momen-momen besar.
Hal ini menyebabkan kesan bahwa Boruto belum benar-benar bisa berdiri sendiri sebagai sebuah seri independen. Banyak penggemar menilai bahwa anime ini terlalu bergantung pada nostalgia Naruto, alih-alih membangun identitasnya sendiri.
Perubahan Gaya Animasi dan Nuansa Cerita
Selain plot dan karakter, perubahan dalam gaya animasi dan tone cerita juga turut memengaruhi persepsi penggemar. Naruto memiliki nuansa gelap, serius, dan penuh emosi. Sementara itu, Boruto cenderung memiliki nuansa yang lebih cerah, ringan, dan fokus pada kehidupan sekolah ninja, serta integrasi teknologi modern dalam dunia shinobi.
Meskipun ini adalah upaya untuk menunjukkan perkembangan dunia ninja yang lebih maju, banyak penonton merasa kehilangan sentuhan tradisional dan kedalaman emosi yang menjadi ciri khas Naruto. Perubahan ini membuat Boruto terasa seperti sebuah genre yang berbeda, bukan kelanjutan alami dari Naruto.
Boruto Masih Punya Potensi, Tapi Butuh Waktu
Meski banyak kritik dilontarkan, bukan berarti Boruto sepenuhnya gagal. Serial ini tetap memiliki beberapa arc yang kuat dan perkembangan karakter yang mulai terasa, terutama setelah munculnya Kawaki dan cerita tentang Karma dan klan Ōtsutsuki mulai mendominasi.
Dengan pendekatan yang lebih serius dan fokus pada konflik-konflik besar, Boruto perlahan-lahan mulai membentuk identitasnya sendiri. Namun, tantangan terbesarnya tetap pada membangun kedalaman cerita dan karakter yang bisa menyaingi pendahulunya.
Kesimpulan
Banyak penggemar merasa Boruto tidak se-epic Naruto karena perbedaan mendasar dalam pendekatan cerita, karakter utama yang kurang menarik, tempo yang lambat, serta dominasi karakter lama. Namun, jika dilihat dari sudut yang lebih objektif, Boruto sebenarnya mencoba menyampaikan cerita dari perspektif generasi baru, dengan tantangan dan konflik yang berbeda pula.
Perjalanan Boruto mungkin tidak seseru Naruto sejak awal, tetapi dengan arah cerita yang semakin matang dan konflik yang semakin kompleks, masih ada harapan bagi anime ini untuk membuktikan diri sebagai warisan yang pantas dalam dunia shinobi.